Masing-masing lokasi BSK menunjukkan gejala yang khas. Pada batu ginjal
(nefrolitiasis) biasanya pasien
mengeluhkan adanya rasa kram, nyeri
pinggang dan pada pemeriksaan biasanya didapatkan nyeri ketok costovertebra. Sedangkan jika letak batu sudah berada
pada ureter, biasanya pasien akan
mengeluhkan adanya gejala nyeri pinggang
yang hilang timbul. Hilang timbulnya ini akibat adanya gerakan
peristaltic dari ureter itu sendiri, sehingga ketika ureter tersebut
mengalami kontraksi dan kebetulan terdapat batu disana maka akan menyebabkan
regangan dan perlukaan dinding ureter sehingga timbulah nyeri. Nyeri yang dirasakan biasanya juga menjalar hingga ke daerah kemaluan dan
scrotum. Sedangkan ketika batu telah
sampai pada bagian kandung kemih (vesica
urinaria / VU/ buli-buli), pasien akan mengeluhkan adanya gejala nyeri pada daerah bawah pusar (suprapubis)
yang muncul biasanya setelah Buang Air
Kecil (BAK), dan BAK yang sering tiba-tiba berhenti kemudian kencing
menjadi lancar ketika berubah posisi. Hal ini disebabkan karena adanya batu
pada kandung kemih menutupi saluran kemih (uretra) dan ketika berpindah posisi,
maka batu itupun juga akan ikut berpindah posisi dan tempat sehingga saat itu
lubang uretra (ostium urethra internum) kembali terbuka dan mengalirkan urin.
Pastilah menjadi sebuah pertanyaan bagaimana bisa terdapat batu dalam
saluran kemih ? Bagaimana proses terjadinya ? Berikut penjelasannya.
a. Teori Supersaturasi/ Kristalisasi
Urin memiliki kemampuan melarutkan
lebih banyak zat yg terlarut bila dibandingkan air biasa. Campuran ion aktif
dalam urin dapat menimbulkan interaksi sehingga mempengaruhi kelarutan elemen2
urin. Dg adanya molekul2 zat organic (urea, asam urat, sitrat) juga akan
mempengaruhi kelarutan zat2 lain. Bila
konsentrasi zat2 yg relative tdk larut dlm urin (Ca, oksalat, fosfat) ↑ ->
akan terbentuk kristalisasi (batu) zat tsb
b. Teori Nukleasi/ adanya nidus
Nidus/ Nukleus yg terbentuk akan mjd inti presipitasi yg kemudian tjd. Zat / keadaan yg bersifat mjd nidus
adl ulserasi mukosa, gumpalan darah, tumpukan sel epitel / pus, bakteri,
jaringan nekrotik iskemi yg berasal dr neoplasma atau infeksi dan benda asing
c. Teori Tidak Adanya Inhibitor
Supersaturasi Ca, oksalat dan asam
urat dalam urin dipengaruhi oleh adanya inhibitor kristalisasi. Hal ini yg
dapat menjelaskan mengapa pd sebagian individu tjd pembentukan batu, sedangkan
pd individu lain tidak, meskipun sama2 terjadi supersaturasi. Ternyata pd pasien BSK, tdk terdapat zat yg
bersifat sbg inhibitor dlm pembentukan batu. Magnesium, sitrat dan
pirofosfat diketahui dapat menghambat nukleasi spontan Kristal Ca. Beberapa
jenis glikosaminoglikans (Chondroitin sulfat) dpt menghambat pertumbuhan
Kristal Ca yg telah ada.Zat lain yg punya peran inhibitor : asam ribonukleat,
asam amino terutama alanin, sulfat, flourida dan seng.
d. Teori Epitaksi
Epitaksi adl peristiwa pengendapan suatu Kristal di atas permukaan
Kristal lain. Bila
supersaturasi urin oleh asam urat telah tjd misal krn dehidrasi / masukan purin
↑ -> konsentrasi asam urat ↑ -> terjadi pembentukan Kristal asam urat.
Bila pada pasien ini terjadi ↑ masukan kalsium dan oksalat -> terbentuk
Kristal kalsium oksalat. Kristal ini kemudian akan menempel di permukaan
Kristal asam urat -> tdk jarang ditemukan BSK yg intinya asam urat yg
dilapisi oleh kalsium oksalat pd bagian luar
e. Teori Kombinasi
Teori ini merupakan gabungan dr
berbagai teori diatas. (1) Fungsi ginjal
harus cukup baik utk dapat mengekskresi zat yg dapat membentuk Kristal scr
berlebih. (2) ginjal hrs dpt menghasilkan urin dg pH yg sesuai utk
kristalisasi. Dr ke2 hal tsb, disimpulkan bhw ginjal harus mampu melakukan
ekskresi zat secara berlebihan dan pH urin yg sesuai shg tjd presipitasi zat
tsb. (3) urin hrs tdk mengandung
sebagian/ seluruh inhibitor kristalisasi. (4) Kristal yg telah terbentuk harus
berada cukup lama dlm urin, utk dpt slg beragregasi membentuk nucleus yg
selanjutny akan mengganggu aliran urin. Statis urin memegang peranan
penting dalam pembentukan BSK, shg nucleus yg terbentuk bisa tumbuh.
f.
Teori Matriks
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk anyaman seperti sarang
laba-laba. Kristal batu Ca Oksalat maupun
Ca Fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga menimbulkan batu.
g. Teori Infeksi
i.
Teori Infeksi Nanobakteria
Pada
penelitian dilaporkan 90% penderita batu Calcium saluran kemih
mengandung nano-bakteria. Nano-bakteria merupakan bakteri terkecil yang
berukuran diameter 50-200 nanometer (nm)
yang hidup di dalam darah, ginjal, dan urin. Dinding luar sel bakteri ini akan mengeras membentuk cangkan kalsium (karbonat apatit). Kristal
karbonat apatit ini akan mengadakan
agregasi dan membentuk inti batu. Kemudian
Kristal kalsium oksalat akan menempel
di situ sehingga makin lama makin besar.
ii.
Teori Infeksi Oxalobacter
Di
dalam usus manusia terdapat bakteri pamakan oksalat sebagai
bahan energi yakni Oxalobacter
formigenes & Eubacterium lentrum. Pada penelitian didapatkan hasil 70% penderita batu kalsium oksalat tidak
mempunyai bakteri ini. Apabila jumlah bakteri berkurang maka terjadi hiperoksaluria yang memudahkan timbulnya batu kalsium oksalat.
iii.
Teori Pembentukan Batu Struvit
Batu Struvit
(MgNH4PO46H2O) dapat timbul dipengaruhi oleh pH urin >7,2 dan terdapatnya ammonia dalam urin. Hal ini dapat terjadi pada infeksi bakteri pemecah urea (urea
splitting bacteria). Bakteri penghasil urease antara lain golongan proteus,
klebsiella, providensia, pseudomonas, staphylococcus, micrococcus, corynebacterium
dan mikoplasma. Urease yang
terbentuk akan menghidrolisis urea menjadi karbondioksida dan
ammonium dengan reaksi seperti berikut
sehingga timbul batu struvit :
urease
NH4-CO-NH4 + H2O
------------------> 2NH4 + H2O
NH4
+ H2O ------------------>
NH4+ + OH-
CO2
+ H2O ------------------>
H2CO3
NH4+
+ Mg2+ + PO43- + 6H2O ---------------->
MgNH4PO46H2O
h. Teori Vaskular, meliputi :
i.
Teori Hipertensi
Pada penderita hipertensi ternyata didapatkan 83% mengalami perkapuran ginjal. Hal ini disebabkan aliran darah dari papilla ginjal berbelok 1800 dan
aliran darah berubah dari aliran laminar menjadi aliran turbulensi (mengalami
turbulensi akibat tekanan darah yang tinggi). Aliran turbulensi ini akan menyebabkan terjadinya pengendapan ion-ion Calcium di papilla renalis sehingga
membentuk Randall’s plaque yang
dapat berubah menjadi inti batu.
ii.
Teori Hiperkolesterolemia
Pada penelitian yang dilakukan pada
batu yang diambil dari operasi ternyata batu
tersebut memiliki kandungan kolesterol
bebas 0,058-2,258 dan kolesterol
ester 0,012-0,777 µg/mg batu. Adanya
kadar kolesterol yang tinggi di dalam
darah (hiperkolesterolemia) akan ikut
disekresi oleh glomerulus ginjal
dan tercampur urin. Adanya butiran kolesterol akan merangsang
agregasi dengan Kristal Calsium oksalat dan Calsium Phospat sehingga terbentuk batu.
Dari begitu
banyak teori yang menjelaskan proses pembentukan batu saluran kemih, dapat kita
ketahui juga ada beberapa factor lifestyle
yang mempengaruhi timbulnya batu saluran kemih, antara lain :
1. Pada
penelitian, Orang-orang yang
pekerjaannya banyak duduk dan kurang bergerak lebih sering terkena BSK dibanding
orang-orang yang pekerjaannya banyak bergerak / aktivitas.
2. Orang-orang yang menderita stress jiwanya dalam jangka
lama dapat menaikkan kemungkinan terjadinya BSK. Hal ini
disebabkan karena pada orang yang
mengalami stress dapat mengalami hipertensi, imunitas tubuh yang rendah dan
kekacauan metabolisme.
3. Pada
penelitian kasus batu kalsium oksalat didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal
ini disebabkan oleh karena orang yang gemuk pH urinnya cenderung asam, kadar asam urat, oksalat dan kalsium
cenderung tinggi.
4. Kebiasaan menahan kencing dapat menimbulkan BSK. Hal ini
disebabkan oleh karena ketika menahan
kencing akan menimbulkan stasis urin
yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). Pada ISK yang disebabkan oleh kuman
pemecah urea, sangat mudah menimbulkan terbentuknya
batu struvit. Selain itu, dengan adanya stasis urin dapat terjadi pengendapan Kristal.
5. Konsumsi makanan tinggi kalsium, oksalat, dan urat dapat menimbulkan
kadar kalsium, oksalat & urat dalam urin meningkat. Sehingga dapat menimbulkan BSK.
6.
Minum air
2-2,5 liter air/hari atau 250ml
air tiap 4 jam + 250 ml air tiap setelah makan dapat mencegah terjadinya
supersaturasi dan timbulnya krsitalisasi BSK.
7.
Konsumsi
jus apel, tomat & anggur dapat meningkatkan resiko BSK 28-44%. Sedangkan konsumsi cola meningkatkan resiko BSK 6%.
8.
Konsumsi
susu, kopi & teh dapat menurunkan
resiko BSK 8-14%. Sedangkan pada konsumsi
jus jeruk dapat menurunkan
resiko BSK 6%.
9.
Konsumsi
protein berlebih dapat meningkatkan
resiko BSK. Hal ini disebabkan oleh protein
hewan menyebabkan pH urin menjadi asam.
Pada kondisi asam, reabsorbsi
kalsium dalam tubulus berkurang sehingga timbul kadar kalsium urin meningkat (hiperkalsiuria). Selain itu, protein
hewani berlebihan akan menimbulkan kadar
sitrat urin berkurang, kadar asam
urat dalam darah dan urin meningkat. Pada kondisi asam ini sangat mungkin terjadi
batu kalsium oksalat. Disamping itu juga konsumsi protein hewani berlebihan
dapat menimbulkan peningkatan kadar
kolesterol dalam darah dan menyebabkan hipertensi. Sedangkan protein nabati (berasal dari tumbuhan)
tidak menurunkan pH urin dan menaikkan kadar kalsium urin.
10. Konsumsi lemak berlebih akan meningkatkan kadar oksalat urin sehingga
memudahkan timbulnya batu oksalat. Lemak
dalam makanan akan mengikat kalsium
bebas di lumen usus dan lemak mengandung asam arachidonat. Hal ini
menyebabkan penyerapan oksalat meningkat
sehingga kadar oksalat urin
meningkat (hiperoksaluria). Selain itu juga dapat meningkatkan kadar kolesterol.
11. Konsumsi sayuran menyebabkan pH urin naik sehingga menghindari timbulnya batu kalsium
oksalat. Selain itu, sayuran mengandung
banyak serat, sehingga penyerapan
kalsium dalam usus berkurang sehingga kadar
kalsium urin pun juga akan berkurang.
12. Buah yang
mengandung sitrat (jeruk nipis, jeruk
lemon) dapat berperan mencegah
timbulnya batu saluran kemih karena sitrat
merupakan inhibitor batu paling
kuat.
13. Orang yang diet tinggi serat memiliki kemungkinan yang lebih kecil terkena BSK dibanding dengan orang yang diet rendah serat. Serat akan mengikat kalsium di lumen usus sehingga
penyerapannya berkurang. Selain itu, serat
akan mengurangi waktu transit makanan dalam usus sehingga lebih sering defekasi dengan akibat penyerapan bahan pembentuk batu berkurang dan
serat akan mengubah suasana dalam lumen
usus sehingga daya serap kalsium berkurang. Selain itu, konsumsi tinggi serat dapat
menurunkan kadar kalsium, menaikkan volume dan pH urin.
14. Konsumsi suplemen vitamin C dosis tinggi dalam
jangka waktu yang lama dapat menimbulkan terbentuknya batu oksalat. Vitamin C akan
diubah menjadi oksalat oleh tubuh (35%
dari oksalat endogen).
15. Konsumsi suplemen yang mengandung Kalsium dosis tinggi justru bisa menimbulkan batu kalsium bila
dikonsumsi di luar waktu makan. Lebih aman jika dikonsumsi sebelum makan atau setelah
makan
16. Konsumsi Junk Food yang mengandung tinggi lemak dan tinggi protein hewani disertai
kadar sayuran atau serat yang sedikit
dapat menimbulkan terbentuknya BSK.
17. Konsumsi ikan laut menurunkan insidensi BSK. Hal
ini disebabkan oleh karena ikan laut mengandung
zat eicosa pentaenoic acid (EPA) yang
dapat mencegah sekresi kalsium dalam
urin. Hal ini juga menunjukkan bahwa protein
hewani terbaik adalah berasal dari ikan laut.
18. Penggunaan obat yang mengandung sulfa (sulfametoksazol, sulfaguanidin,
dulfadiazin) dalam keadaan dehidrasi
dapat mengendap menjadi batu ginjal
dan ureter.
19. Penggunaan antibiotic (Quinolon) jangka lama (>1
minggu) dapat ikut membunuh bakteri
pemakan oksalat (Oxalobacter fermigens)
dalam usus sehingga kadar oksalat urin
meningkat dan dapat terbentuk batu
kalsium oksalat.
20. Penggunaan obat anti hipertensi yang mengandung triamterene dapat
menimbulkan batu triamterene.
21. Obat AIDS jenis indiavir dapat mengendap menjadi batu ginjal.
22. Penggunaan jamu yang berasal dari tanaman kumis kucing (Orthosiphon), tempuyung dan daun meniran dapat mencegah terbentuknya BSK.
Pemeriksaan Penunjang
i. Urinalisa
Pd urinalisa dpt ditemukan hematuria, sel pus dan bakteri. Pd
pemeriksaan sedimen urin, jenis Kristal yg ditemukan dpt member petunjuk jenis
batu. Bila pH urin puasa >7,6 maka dipastikan adanya organism pemecah urea.
j. Pemeriksaan
Radiologi
1. FPA utk
menentukan lokasi, besar, macam batu radioopaq.
2. USG ginjal
merupakan pencitraan yg lebih peka utk mendeteksi batu ginjal dan batu
radiolusen drpd FPA.
3. PIV
dilakukan utk mendeteksi batu radiolusen dan utk melihat fungsi ginjal.
Penatalaksanaan
a. Terapi
medis dan simptomatik
Pengobatan
simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik yg terjadi menghilang dg
simpatolitik. Terutama untuk batu ureter diharapkan dpt keluar dengan
sendirinya dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretic. Dg produksi urin
yang banyak diharapkan dpt mendorong dan mengeluarkan urin.
b. Pelarutan
Jenis
batu asam urat terjadi pd keadaan pH urin asam, sehingga dg pemberian Natrium
bikarbonat disertai makanan alkalis, batu asam urat dapat larut. Lebih baik
bila dibantu dg menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin dg bantuan
alopurinol.
c. Litotripsi
Utk
batu buli, batu dipecahkan memakai litotriptor mekanik mll sistoskop/ dg
gelombang elektrohidrolik/ ultrasonic. Utk batu ureter, digunakan ureteroskop
dan batu dpt dihancurkan memakai gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau
sinar laser. Utk batu ginjal, litotripsi dilakukan dg bantuan nefroskopi
perkutan utk membawa transducer mll sonde ke batu yg ada di ginjal. Disebut dg
nefroskopi perkutan.
ESWL
(Extracorporal Shock Wave Litotripsi) dapat memecahkan batu tanpa perlukaan di
tubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan mll air ke tubuh dan dipusatkan di
batu yg akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping2 menjadi bagian <2mm dan keluar bersama
urin.
d. Pembedahan
Terapi
bedah digunakan jika tdk tersedia alat litotriptor, ESWL, atau bila cara non
bedah tdk berhasil. Batu ginjal yg terletak di kaliks selain oleh indikasi
umum, perlu dilakukan tindakan bedah bila terdapat hidrokaliks. Batu srg harus
dikeluarkan mll nefrolitotomiyg tdk gampang krn batu biasanya tersembunyi di
kaliks. Batu pelvis yg menyebabkan hidronefrosis, infeksi atau nyeri hebat
perlu pembedahan.
Sumber :
Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2, Wim de Jong, EGC.
Purnomo, Basuki B, Dasar – dasar Urologi, edisi 2. Sagung
Seto
Batu Saluran Kemih Suatu Problema Gaya Hidup dan Pola
Makan Serta Analisis Ekonomi Pada Pengobatannya, Pidato Pengukuhan Diucapkan
pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Bedah, FK UNDIP, oleh Rifki
Muslim
Pardede, O. Sudung, Partini P. Trihono, Buku ajar
Nefrologi Anak, edisi 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
makasih ya Barakallah
BalasHapusOsteon Unissula