Jumat, 16 Agustus 2013

Radiologi Sistem Urogenitalia


   Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis yang cermat untuk memperoleh sebanyak mungkin informasi dari keluhan dan gejala yang diderita. Setelah itu harus dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengcrosscheckan antara gejala yang dikeluhkan dengan tanda yang ditemukan. Setelah itu bila perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menunjang penegakan diagnosis penyakit yang diderita. Radiologi merupakan salah satu sarana untuk menunjang penegakan diagnosis suatu penyakit. Radiologi dapat berperan untuk memberikan gambaran pada organ dalam pasien tanpa untuk dinilai apakah sedang mengalami suatu kelainan (keadaan patologis) atau tidak

  Di dalam system urogenitalia terdapat cukup banyak peran Radiologi untuk menegakkan kasus di dalamnya. Adapun macam pemeriksaan Radiologi yang biasa dilakukan pada pasien dengan kasus urologi antara lain :
1.      Foto Polos Abdomen (FPA)



Pemeriksaan Foto Polos Abdomen (FPA) pada kasus urogenitalia bertujuan untuk melihat adanya batu radioopaq yang akan terlihat putih karena densitas batu lebih tinggi daripada jaringan di sekitarnya. Gambaran adanya batu radioopaq ini menunjukkan adanya batu kalsium oksalat atau batu kalsium fosfat. Sedangkan batu urat jika dilakukan FPA akan Nampak sebagai batu radioluscent. Untuk melakukan FPA perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu, yakni pasien dipuasakan minimal 8 jam untuk mengosongkan isi perut (diberi pencahar bila perlu) sehingga faeces yang ada di dalam usus tidak menjadi pengganggu dalam imaging. Foto dilakukan saat pasien ekspirasi sehingga posisi ginjal sejajar dengan film.



Yang dapat dinilai dari hasil FPA adalah Ginjal. Ginjal kita nilai bentuk, letak, ukuran dan posisi. Normalnya ginjal berbentuk seperti kacang permukaannya licin dan terletak di bagian lumbal setinggi VL 2. Selain itu juga bisa dilihat apakah terdapat gambaran batu radioopaq baik pada ginjal, ureter maupun Vesica Urinaria (VU). Adapun gambaran batu besar yang terdapat dalam PCS dan berbentuk seperti tanduk rusa yang disebut staghorn. Selain itu juga dapat dinilai adakah kelainan congenital (aplasia ginjal, Ginjal ektopik, Horshoe Kidney, Agenesis Ginjal) ataupun tumor/ massa pada organ urologi. (Ginjal polikistik, ginjal multikistik)




2.       Intra Venous Pielografi (IVP) / Ureterografi Intra Vena
Pemeriksaan IVP atau UIV membutuhkan persiapan yang sama seperti pada pemeriksaan FPA. Pemeriksaan IVP sejatinya hampir sama dengan pemeriksaan FPA, namun yang membedakan adalah pemeriksaan IVP dilakukan menggunakan kontras berupa Iodine dan dilakukan foto secara berulang kali pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi. Pemberian kontras  dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Adapun dosis kontras  yang diberikan adalah 1 cc/kgBB pada pasien dengan kadar Kreatinin <1,6mg% dan 2 cc/ kgBB pada pasien dengan kadar kreatinin 1,6-3mg%. Pada pasien dengan kadar kreatinin diatas 3mg% tidak boleh dilakukan IVP  sehingga perlu dipilihkan sarana penunjang radiologis yang lain yakni USG dan FPA,Oleh karena itu, IVP lebih peka dan perlu persiapan yang lebih daripada FPA. Pemeriksaan IVP ini bertujuan untuk melihat fungsi ekskresi (ginjal), melihat anatomi tractus urogenitalia, dan mencari adakah kelainan pada trctus urogenitalia.

IVP dilakukan atas indikasi : infeksi tractus urogenitalia, tumor tractus urogenitalia, trauma pada daerah abdomen (lumbal dan suprapubis), batu pada tractus urogenitalia, serta mencari kausa kolik abdomen. Adapun kontraindikasi Absolut IVP yakni pada pasien Alergi. Sedangkan kontraindikasi relative yakni pada pasien Diabetes Insipidus, Hipotensi, Multiple Mieloma, Diabetes Melitus, Gagal Ginjal, Kadar Kreatinin >4mg%.

Adapun cara pemeriksaan IVP yakni : Pertama lakukan FPA pada pasien. Kemudian pasang infuse dan suntikkan kontras. Kemudian lakukan pengambilan foto pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi.




a.       Pada fase nefrogram (foto pada menit ke 5) kita nilai fungsi ekskresi ginjal, kontur ginjal dan system PCS nya. Normalnya kontras akan Nampak mengisi PCS sehingga Nampak gambaran radioopaq (putih) dan tidak didapatkan ekstravasasi kontras ke jaringan sekitar yang menunjukkan adanya ruptur ginjal.




b.      Pada fase pielogram (foto pada menit ke 15) kontras akan mengisi PCS dan ureter sehingga ureter tampak radioopaq (putih). Jika terdapat batu pada ureter radioopaq ataupun radioluscent, maka akan Nampak kontras yang tidak mengalir dan kemudian papillae renalis nampai cubbing (berbentuk seperti mangkok). Hal ini menunjukkan telah terjadi hidronefrosis.




c.       Pada pemotretan menit ke 30 atau 45 IVP telah memasuki fase sistogram. Pada saat ini kontras telah mengisi Vesica Urinaria sehingga VU Nampak putih. VU kita nilai dindingnya apakah permukaannya rata (Normal) atau bergelombang (Sistitis/ Radang VU), adakah filling defect yang Nampak sebagai area radioluscent saat VU terisi kontras (menunjukkan  adanya batu radioluscent jika filling defect permukaan nya licin dan ikut bergerak saat berpindah posisi, atau adanya  tumor atau massa pada dinding VU jika filling defect permukaannya tidak rata dan tidak ikut bergerak jika berpindah posisi), indentasi, additional shadow (menunjukkan adanya batu/ massa), dan ekstravasasi kontras  yang menunjukkan adanya ruptur VU (ruptur VU intraperitoneal : kontras masuk ke cavum peritoneum dan mengalir mengikuti kontur usus, menyebar ke sulcus paracolica, mengumpul di daerah subfrenik dextra, subhepatika, inframesokolika dextra-sinistra. Karena urin mengikuti kontur usus maka akan nampak gambaran berbentuk seperti lengkung2 usus halus, sedangkan pada ruptur VU ekstraperitoneal akan terjadi ekstravasasi kontras ke jaringan lunak sekitar shg nampak seperti bulu di daerah retropubicum kemudian menyebar ke dinding anterior abdomen dan mengalir ke arah paha, dapat juga mengumpul di jaringan lemak anterior m.psoas dan naik secara retrograd ke sampai setinggi ginjal.




d.      Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh berkemih (kencing). Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan VU. Apakah terdapat kelainan dalam fungsi pengosongan VU yang menunjukkan adanya batu, BPH dll. Pada kasus injury diaphragma UG kontras akan masuk ke scrotum.

e.      Apabila sampai menit ke 120 tidak Nampak adanya eskkresi kontras, maka diagnosis pasien adalah “Non Visualized Kidney”. Kemudian bisa dilakukan RPG dan jika RPG tetap gagal, bisa dilakukan APG.

3.       Retrograd Pielografi (RPG)
Pemeriksaan dengan memasukkan alat melalui OUE sampai ke pelvis renalis lalu dimasukkan kontras untuk menilai keadaan ureter, VU dan fungsi pengosongan nya.

4.       Antegrad Pielografi (APG)
Pemeriksaan dengan langsung memasukkan kontras ke pelvis renalis melalui dinding abdomen.
5.       Sistografi



Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai Vesica Urinaria. Dapat merupakan lanjutan dari IVP atau dengan memasukkan kontras ke VU secara anterograd (kontras dimasukkan langsung dari VU) maupun retrograde (dimasukkan alat melalui OUE sampai ke VU lalu dimasukkan kontras). Penilaian terhadap hasilnya sama dengan penilaian pada VU.

6.       Retrograd Uretrosistografi
Dengan memasukkan kontras iodium melalui OUE untuk memeriksa keadaan VU dan urethra. Jika terdapat striktura uretra akan Nampak adanya penyempitan lumen urethra dan elongasi. Pada kasus rupture urethra komplit (gejala : tidak keluarnya urin)  akan didapatkan media kontras yang terhalang untuk mengisi VU. Kemudian kontras akan mengumpul di spatium retropubikum, jaringan paraprostatika, dan spatium retroprostatikum.



7.       Miksi Uretrosistografi
Dengan memasukkan kontras iodium langsung ke VU melalui dinding depan abdomen. Hal ini bertujuan untuk menilai VU dan urethra. Setelah di suntikkan kontras pasien disuruh untuk berkemih dan dinilai juga fungsi pengosongan VU nya. Jika terdapat gangguan dalam pengosongan VU  dapat terjadi refluks vesicoureter.

8.       Bipoler Uretrosistografi
Merupakan pemeriksaan untuk menilai  VU dan urethra. Pemeriksaan ini merupakan gabungan dari miksi uretrosistografi dan retrograde uretrosistografi yakni kontras dimasukkan secara langsung baik dari VU maupun melalui OUE. Hal ini dapat menilai letak dan panjang striktura urethra yang terjadi.

9.       USG



Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) juga merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang cukup banyak dilakukan pada kasus di bidang urologi. USG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang radiologis yang relative aman, karena USG tidak menggunakan sinar radioaktif untuk sarana imaging nya, namun menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi / ultrasonic (1-10MHz). Selain itu, pemeriksaan USG juga memiliki beberapa kelebihan, antara lain : lebih cepat, tidak perlu persiapan khusus (hanya saja pasien diminta untuk banyak minum dan menahan BAK sehingga VU terdistensi), aman, non invasive dan tidak sakit, fleksibel dan relative lebih murah. Selain itu, USG juga memiliki kelemahan, antara lain : kesulitan pada orang gemuk karena jaringan lemak yang tebal menyebabkan bias pada imaging, USG tidak dapat mencitrakan organ yang berisi udara dan organ yang tertutupi oleh tulang di depannya, USG tidak dapat menilai fungsi suatu organ, Operator dependen (bergantung pada kemampuan dari operator USG itu sendiri), pada luka / infeksi dapat menimbulkan rasa sakit.



Organ ginjal jika dilakukan pemeriksaan USG normalnya akan berbentuk seperti biji kopi, berukura aksis 8-12cm, gambaran parenkim ginjal lebih hipoekoik (gelap) dibanding hepar atau lien, sedangkan pada bagian medulla akan Nampak lebih hipoekoik dibanding bagian korteks, dan sinus nya akna Nampak lebih hipoekoik. Pada kasus hidronefrosis akibat batu akan Nampak  adanya gambaran pelebaran dari PCS yang gelap karena terisi cairan (urin). Sedangkan pada pasien dengan kasus Nefrolitiasis (Batu Ginjal) apabila dilakukan pemeriksaan USG akan Nampak gambaran hiperekoik (putih) dengan acustic shadow yang biasanya disertai dengan hidronefrosis.



Selain itu, USG juga dapat digunakan untuk menampilkan ada tidaknya cairan perivesical abnormal yang Nampak sebagai area anekoik yang terdapat di Morrison pouch (antara ginjal kanan dan hepar), recessus splenorenal (antara ginjal kiri dan lien) atau di suprapubica

Pada trauma ginjal dengan hematom subkapsuler  jika dilakukan pemeriksaan USG akan Nampak adanya gambaran hipoekoik. Sedangkan pada laserasi ginjal jika dilakukan USG akan ampak adanya gambaran diskontinuitas parenkim berupa garis pita2.  




10.   Computed Tomografi – Scan (CT-Scan)
CT-Scan merupakan salah satu alat penunjang radiologis yang sensitive untuk menilai adanya kelainan pada traktus urogenitalia terutama pada rupture organ yang melibatkan organ disekitarnya. Persiapan sebelum melakukan CT-Scan sama dengan persiapan pada FPA. Keunggulan lainnya yakni CT-Scan dapat mendeteksi organ sekitar dan juga dapat mencitrakan gas dan tulang. Namun kelemahan dari CT-Scan ini ia menggunakan sinar sehingga dapat memicu adanya radiasi dan juga harganya yang masih relative mahal.




CT-Scan merupakan Gold Standard dari kasus Trauma Ginjal,  hal ini dikarenakan dengan menggunakan CT-Scan  dapat memberikan gambaran trauma secara lebih akurat baik dari sisi ukuran laserasi, lokasi dan hubungan dengan organ sekitar. Pada kasus Kontusio ginjal akan nampak adanya gambaran sedikit enhancement pada pemberian kontras dibanding dengan daerah normal.  Pada kasus hematom didapatkan adanya gambaran hipodens dan lokasinya bisa pada intrarenal, subkapsuler, perirenal dan pararenal. Pada kasus laserasi ginjal akan nampak diskontinuitas jaringan ginjal. Sedangkan pada kasus infark ginjal, area yang mengalami infark akan nampak berbentuk seperti kapak akibat terjadinya nekrosis parenkim.

 

Sumber :
Pemeriksaan Radiologi Traktus Urinarius, dr. Titik Yuliastuti, Sp.Rad.
Imaging Trauma Traktus Urinarius, dr. Bambang Satoto, Sp.Rad(K).

 

1 komentar: