Kamis, 16 Agustus 2012

Tradisi Tirakatan Malam 17 Agustusan




"Malam Tirakatan 17 Agustusan" mungkin kita sering mendengar bahkan di daerah kampung kita pun melaksanakannya. Malam tirakatan 17 agustusan dilaksanakan tanggal 16 Agustus malam (malam 17 agustus). Acara ini digadang2 bertujuan untuk memperingati perjuangan para pahlawan yang telah gugur membela kemerdekaan Indonesia. Biasanya pada acara ini meliputi acara wejangan (cerita) perjuangan/sejarah kemerdekaan Indonesia, potong tumpeng, makan2, doa dan pembagian hadiah lomba 17an serta diteruskan dengan lek-lekan (melek-melek). Melek-melek sendiri biasanya diisi dengan karaokean, main kartu, ngobrol dan kegiatan2 lain yang tidak jelas manfaat dan faedah nya.
"Sesungguhnya orang yang mubazir itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan." (Surah al-Isra′, ayat 27). 

Menyadari bahwa dibalik kegiatan diatas terdapat kegiatan2 yg sekiranya tidak bermanfaat (melek2, potong tumpeng,dll) kami pun mencoba untuk sedikit demi sedikit membenahi. Menghilangkan tumpeng yang notabene merupakan bawaan ajaran hindu secara frontal pastilah sulit, bahkan ibarat seperti melempar boomerang, yg terjadi malah kita sendiri yang akan dimusuhi oleh masyarakat. Namun, aqidah tetap lah harus ditegakkan dan diluruskan.
“Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia adalah bagian dari mereka” (HR Abu Daud no 4031, dinilai oleh al Albani sebagai hadits hasan shahih).

Ketika 17 Agustus jatuh pada bulan Ramadhan, warga pun tetap saja melakukan hal-hal mubadzir diatas. Malam2 ramadhan bukannya diisi dengan amalan2 ibadah, namun malah diisi dengan karaokean yang tak jelas nada dan liriknya. Apalagi tahun ini, 17 Agustus jatuh di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Dimana pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan ini, ada sebuah malam yang lebih baik daripada seribu bulan yakni malam Lailatul Qadr.
Rasulullah bersabda : “Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil (khususnya) pada sepuluh hari terakhir Ramadhan” (HR. Bukhari dari Aisyah) 

Menanggapi cara yang akan ditempuh utk menghilangkan hal itu, kami pun mencoba untuk mengadakan buka bersama. Dimana dengan berbuka puasa bersama, diharapkan bisa menghilangkan sedikit demi sedikit tradisi yang tidak ada tuntunannya dari rasulullah namun telah mendarah daging di kehidupan masyarakat. Sehingga warga pun tetap bisa menjalin silaturahim dan menghilangkan kegiatan2 yg mubadzir.
"Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi." (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)

Seperti kita ketahui banyak keutamaan berbuka puasa, salah satunya :
Diriwayatkan dari shal bin sa'ad R.A bahwasanya Rasulullah pernah bersabda:"Manusia itu tetap berada dalam kebaikan selama mereka mau menyegerakan berbuka puasa" Muttafaq alaih H.R bukhari (1957) dan Muslim (1098)

mengajak kepada suatu kebaikan pun juga merupakan pahala :
"Barangsiapa yang menyeru/mengajak (orang lain) kepada petunjuk maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala dari orang-orang yang mengikutinya, yang hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun, dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia akan mendapat dosa seperti dosa-dosa dari orang-orang yang mengikutinya, yang hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun." (HR. Muslim no.2674)

Kami pun telah berusaha untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.
Dari Abu Sa’id Al Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49) 

Namun,manusia hanya bisa berusaha dan hidayah itu yg memberikan Allah. Kita sebagai manusia hanya bisa menasehati dan mengajak kepada suatu kebaikan :
“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al qoshosh, 56)

Ya sudahlah kalo begini jadinya ya "Lakum Dinukum wa Liyaddin"
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (QS. Al Kafirun, 6)

Wallahu A'lam Bishawab

2 komentar: