Jumat, 21 Oktober 2011

Ini Masalah Paradigma, Bung!

Ujian anatomi. Salah satu mata kuliah yang lumayan sulit bagi gue. Selain bahan yang musti dipelajari kadang bejibun, terkadang juga soal ujiannya bisa bikin bingung. Masalahnya ujian anatomi itu bentuknya adalah identifikasi terhadap bagian-bagian tubuh manusia langsung menggunakan preparat (potongan) organ-organ asli manusia. Kedengarannya sih mudah, tinggal hafalin buta aja, kan. Tapi, kalo kita ngafalin dari buku atlas anatomi manusia, baik yang gambarnya ilustrasi maupun asli, ternyata ketika berhadapan langsung dengan organ aslinya bentuknya beda betul. Sehingga dalam identifikasi bagian-bagian dari suatu organ itu gak jarang terjadi perbedaan persepsi bahkan antar kakak asdos (asisten dosen) yang ngajarin kami.

Tapi sesusah-susahnya soal ujian anatomi, kayaknya gak ada yang pernah salah pahamnya separah gue. Waktu itu tema ujiannya tentang saluran pencernaan manusia, yang mana organ yang musti dipelajari itu mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus hingga anus. Weks, lumayan banyak bahannya, belum lagi ditambah beberapa organ seperti hati en macam-macam kelenjar yang memudahkan pencernaan.

Dan waktu itu tiba. Nomor absen gue dipanggil bersama-sama sobat lain yang satu shift untuk memasuki ruang ujian, tempat kami biasa praktikum anatomi. Dengan gagah berani dan sikap yang sok meyakinkan (padahal persiapan gue seadanya waktu itu) gue melangkah dengan pasti menuju lokasi.

Benar-benar saat yang menegangkan, gue mulai berhadapan dengan soal ujian satu persatu sesuai organ yang disediakan. Beberapa berhasil gue jawab dengan mudah, alhamdulillah. Namun suatu ketika, gue tertegun dan ternganga bengong memandang suatu organ yang rasanya belum pernah gue lihat (mungkin pernah diajarin asdos tapi guenya yang lupa, hehe). Potongan organ itu punya rambut-rambut aneh di satu sisinya. Menurut persepsi gue, ini pasti potongan membujur kepala manusia, soalnya rambut-rambut itu rada mirip sama janggut teman seperjuangan gue (yang ngerasa jangan tersinggung, hahaa..). Sebuah jarum pentul tertancap pada daerah mirip suatu rongga, en sebuah kertas berisikan pertanyaan tergeletak di samping organ itu. Kalo gak salah bunyi pertanyaannya gini: “Organ apa yang ditunjuk?” (baca dengan irama guru TK yang sedang ngajarin muridnya).

Senyum simpul penuh kemenangan tersungging dari bibir gue yang udah dehidrasi. Dan dengan ucapan bismillah, tanpa beban gue goreskan pulpen gue pada lembar jawaban ujian sebuah jawaban, yaitu: ‘cavitas oris’, rongga mulut! Jenius, bener-bener analisis tingkat tinggi! Padahal tuh soal kayaknya lumayan sulit. “Hahaha, mohon maaf Pak Dosen yang bikin soal, anda gagal menipu saya,” teriak gue dalam hati.

Lalu ujian berakhir en dengan wajah yang berseri-seri kayak iklan orang yang pake pemutih wajah gue meninggalkan ruang ujian. Yes, berhasil, berhasil hore! We did it! (Maklum dulu gue sempat ngefans berat sama Dora the Explorer tapi sekarang udah tobat kok). Gue nyamperin sohib-sohib yang lagi ribut ngebahas soal ujian tadi, sebagian ada yang jingkrak-jingkrak soalnya tadi jawabannya bener kata temannya, sebagian ada yang nyesel kayak kemalingan ayam kesayangan soalnya jawaban dia kata temannya salah, en sebagian lagi debat kayak waktu sidang pansus century karena perbedaan jawaban en masing-masing ngerasa kalo dirinya yang bener.

Terbersit dalam pikiran gue buat ngebahas soal yang agak membingungkan gue tadi, maka gue pun melontarkan pertanyaan pada seorang sahabat. “Eh, waktu soal yang itu tadi apa jawaban kamu?” Beliau dengan bijak en merdu menyahut, “Oh, itu ya. Aku juga agak bingung tadi, tapi itu jelas jawabannya ‘rectum’”. Kawan-kawan yang lain membenarkan, “Betul, jelas banget itu kok tadi.”
Gue terpana gak percaya apa yang barusan gue dengar. Rectum itu bahasa terminologis anatomi yang artinya ‘saluran tinja sebelum anus’. Jelas, gak ada deket-deketnya sama sekali dengan rongga mulut. Makan apa gue kemaren, kok bisa keracunan sampai salah ngejawab soal seancur ini?
Gubrakkkk!!! Gak bisa dibayangin coba! Rongga mulut, sama saluran tinja dekat anus. Bagai langit dan bumi, tauk! Jauh banget! Gue ketipu, asli. Rambut yang gue pikir janggut itu pasti sebenernya cuma rambut yang tumbuh pada organ reproduksi deket anus. Lalu gue mikir, gimana yak kalo dosen pengujinya ngelihat jawaban gue yang luar biasa konyol itu. Ada beberapa opsi: (a) Terpingkal-pingkal sambil megangin perut karena gak percaya ada mahasiswa yang punya jawaban sebego itu. (b) “Ini pasti ngolok-ngolok saya,” kata sang dosen murka. (c) “Hmm, patut dipertimbangkan juga kalo ternyata kepala itu mirip pantat,” pikir pak Dosen manggut-manggut. Ah sudahlah, pikir gue. Yang lalu biarlah berlalu. Gue pun dengan gontai berjalan ke parkiran buat ngambil motor untuk pulang ke rumah, dengan membawa pengalaman pahit yang barusan gue alami tadi. Tragis!

***

Apa untungnya buat kalian setelah ngebaca kejadian yang gak penting banget ini? Jelas gak ada, hehe. Gue cuma mau sedikit memberikan pandangan, bahwa ini masalah paradigma atau cara pandang, bung! Suatu hal yang sama bila dipandang dari sudut en cara pandang yang beda bisa menghasilkan persepsi yang berbeda pula. Sehingga perlakuan terhadap hal itu tadi juga berbeda.
Contohnya kayak tadi, gue memandang organ tersebut rongga mulut, sedangkan kebanyakan orang memandang bahwa jelas-jelas organ itu rectum. Padahal organnya sama, namun cara pandang kami beda-beda, en emang gue ternyata salah sedangkan sohib-sohib gue tadi benar, soalnya itu sesuai dengan atlas anatomi yang jadi acuan mahasiswa kedokteran.

Nah begitu juga dalam kehidupan kita, kadang kita memandang suatu hal atau perbuatan dengan cara pandang yang beda-beda. Namanya juga manusia, akalnya terbatas sehingga untuk menyikapi suatu hal yang sama aja sering kali terdapat perselisihan antar manusia yang satu dengan yang lainnya. Ada yang bilang kalo pacaran itu gak baik, ada yang bilang itu malah bagus. Ada yang berpendapat nutup aurat itu wajib, ada yang berkilah pake jilbab itu ribet. Dan lain sebagainya.
Gimana kita bisa tau yang mana yang bener? Kita musti punya patokan atau standar atau suatu tolak ukur yang terjamin kebenarannya. Sehingga dengan standar itu tadi kita dapat menilai apa yang bener en apa yang salah. Kalo dalam mata kuliah anatomi kita mengenal adanya atlas anatomi sebagai standar acuan kita dalam mengidentifikasi nama dari berbagai bagian-bagian organ. Begitu juga dalam kehidupan nyata. Pencipta kita, Allah ta’ala telah menurunkan kepada kita seperangkat peraturan sebagai standar baku buat manusia. Itulah syari’at Islam yang bersifat komprehensif.
Dengan mengacu pada al-Qur’an dan Hadits, kita dapat menentukan mana perbuatan yang benar en mana yang salah. Mendekati zina itu salah, karena udah jelas itu dilarang seperti yang tertulis dalam al-Israa ayat 32. Pake jilbab itu wajib mutlak kebenarannya seperti yang diperintahkan dalam surah al-Ahzab ayat 59 dan an-Nuur ayat 31. Berhukum selain hukum Allah itu salah karena seperti yang disebutkan pada surah al-Maidah ayat 44, 45 dan 47 bahwa ”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, fasik, zalim.”
Sayangnya saat ini standar baku tersebut udah mulai ditinggalkan. Ini karena paradigma kita terhadap Islam dicemari oleh paradigma-paradigma lain yang merusak. Cara pandang sekular en liberal (serba bebas) yang asalnya dari Barat telah banyak mempengaruhi cara pandang seorang Muslim bahkan terhadap aturan Islam itu sendiri. Akhirnya aturan Islam yang sebenernya indah, mulia en bikin sejahtera malah dianggap kuno en ’mengerikan’.

Padahal, islam itu indah. Ia mengajarkan kasih sayang en persaudaraan melalui ikatan akidah. Islam itu mulia. Ia mengatur segala perbuatan kita supaya kita gak terjerumus ke dalam perbuatan hina cuma karena menurutkan hawa nafsu belaka. En jelas Islam itu bikin sejahtera. Ingat cerita rakyatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang gak mau lagi nerima zakat karena merasa udah hidup berkecukupan kan? Itu cuma sebagian contoh kecil aja, Bung!

Liat aja contoh konkritnya ketika aturan Islam disepelekan en ditinggalkan. Gak ada lagi perdamaian en persaudaraan, rasa individualisme semakin menjadi-jadi. Berbagai kerusakan, kriminalitas, degradasi moral dan sebagainya mengalami peningkatan. Umat Islam banyak yang miskin, melarat dan terjajah dalam segala aspek kehidupan. Maka dari itu, luruskan cara pandang kita kawan, dengan mengenali Islam lebih dekat dan dalam. Pertanyaannya, gimana kita mau tau tentang keindahan Islam kalo kita gak mau mulai ngaji Islam mulai sekarang?

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (TQS Al-Maidah ayat 48)

FORUM MAHASISWA KESEHATAN ISLAM CINTA SYARIAH (FORMASI CS) -
FK UNLAM

Minggu, 16 Oktober 2011

IMR (Infant Mortality Rate)


Infant Mortality Rate ( IMR)

Tingkat kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi (sebelum umur satu tahun) yang terjadi pada kelahiran per 1000 bayi. Merupakan cara pengukuran yang dipergunakan khusus untuk menentukan tingkat kematian bayi. IMR biasanya dijadikan indikator dalam pengukuran kesejahteraan penduduk.


Rumus: IMR=(Db/Pb)x1.000


Keterangan :

Db = jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun

Pb = jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama


Kriteria penggolongan tingkat kematian bayi:


Tingkat kematian bayi Golongan

> 125 Sangat Tinggi

75-125 Tinggi

35-75 Sedang

< 35 Rendah


contoh :



Hasil sensus penduduk di Jepang tahun 1990, dilaporkan jumlah kematian bayi dalam 1 tahun terdapat kematian sejumlah 5616 bayi dengan jumlah kelahiran hidup 1.277.900 orang, berapa IMR tahun 1990?

Perhitungan :
IMR : (5616/1277900) x 1000 = 4,6 per 1000

Infant Mortality Rate Negara Jepang tahun 1990 adalah 5 orang per 1000 penduduk -> tergolong rendah



Lalu, penyebab meningkatnya angka kematian bayi itu apa ?

Apabila diliat dr segi lingkungan bisa saja disebabkan karena lingkungan tempat tinggal yg krg bersih dan sehat sehingga sbg sumber bibit penyakit, terkena paparan polusi ataupun paparan kimiawi maupun fisiologik.

Lalu apabila diliat dari segi pelayanan kesehatan diperkirakan dapat disebabkan karena tidak adanya kegiatan penyuluhan tentang kesehatan balita, kurang digalakkannya program posyandu di wilayah tsb, puskesmas yg sulit untuk dicapai. dll.
Lalu ketika diliat dr segi input, bisa saja disebabkan karena asupan gizi yg diberikan tdk memenuhi syarat gizi yg seimbang, malnutrisi, dsb.




Contoh soal :
1. pada hasil sensus penduduk di Kota Manado tahun 2000, didapatkan kematian bayi umur < 1 tahun sebanyak 356 bayi, dan didapatkan pada tahun tersebut terdapat 521390 kelahiran bayi baru. Hitung IMR kec genuk th 2000, dan masuk dalam kriteria mana ! Apa yang dimaksud dg IMR ! Jelaskan penyebab kematian bayi dari faktor lingkungan !

2. Pada hasil sensus penduduk di Kabupaten Klaten th 2002, didapatkan kelahiran bayi sebanyak 3.607.800 bayi lahir. Pada tahun tsb terdapat jumlah kematian balita sebanyak 1756, sedangkan kematian bayi pd umur <1 tahun sebanyak 728 bayi. Hitung IMR dr kabupaten klaten tsb, dan masuk dalam kriteria mana ! Apa itu yg dimaksud dg IMR ! Jelaskan penyebab kematian bayi menurut faktor pelayanan kesehatan !

Jumat, 14 Oktober 2011

Kenapa Orang Yahudi Cerdas ?

Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar?”

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami. Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika. Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?” Dia menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius.” Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya. Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.

Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.

Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),” ungkapnya. Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam. Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka. Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (cod oil lever). Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.

Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !” katanya. Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi.

Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius. Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg diberi keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya. Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!

Anda terperanjat? Itulah kenyataannya. Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan.. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?

Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka.

Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran. Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur’an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka. Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.

Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya. Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.

Benarkah merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini. “Lihat saja Indonesia,” katanya seperti dalam tulisan itu. Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70 cts !!! “Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?”

Dokter Juga Manusia


Tulisan ini terinspirasi dari kumpulan artikel dari Buku yg ditulis dr.Yose

Waluyo yang berjudul "Doctor; The Ordinary Me", tulisan ini sebenarnya

buah pemikiran yang lahir setelah melihat fenomena ketidakpuasan

masyarakat terhadap dokter dan ketidakpedulian pemerintah terhadap

profesi ini...Pemikiran yg kemungkinan bergejolak di benak seluruh dokter

akan tetapi belum dapat diungkapkan hingga akhirnya dr.Yose membuat

artikel tersebut...

DOKTER JUGA MANUSIA

Sudah menjadi suratan seorang dokter untuk dianggap seorang dewa.

Dokter adalah makhluk Tuhan yang tercipta untuk menolong sesama,

dokter adalah malaikat yang tidak boleh melakukan kesalahan, dokter

adalah penyembuh, bahkan dokter dianggap sebagai penyebab hidup atau

matinya seseorang. Tapi mungkin tidak banyak yang sadar bahwa dokter

juga manusia yang bisa lelah, dokter adalah juga seperti manusia

umumnya yang bisa melakukan kesalahan, dokter hanyalah manusia yang

disumpah untuk melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya dan bukan

bersumpah untuk menjadi sempurna.

Di sebuah tempat terpencil di kepulauan yang berpenduduk lumayan

padat, sebut saja dokter Agus memberi pelayanan di Puskesmas dari jam 8

pagi sampai 4 sore, malamnya dia membuka praktek di rumah sampai jam

10 malam. Suatu ketika saat dr. Agus bersiap tidur, seorang pemuda

membangunkannya dan mengatakan bahwa ayahnya sedang sakit keras.

Walau masih dilanda lelah, sang dokter pun pergi ke rumah tersebut dan

kembali setelah lewat tengah malam. Belum sempat matanya terpejam,

jam 3 subuh seseorang mengetuk pintu dan mengaku kalau ibunya sedang

sakit. Sesampainya di rumah yang dituju, sang pasien tampak sedang

duduk dan menikmati kopi. Ternyata ibu itu hanya tidak bisa tidur. Tidak

sebanding dengan kelelahan yang ia alami, kontan emosi dr. Agus naik,

karena itu bukanlah sesuatu yang gawat untuk segera di tangani.

Malangnya, bukan pengertian yang didapatkan oleh Dokter tersebut,

namun cacian dari keluarga pasien.”Ini kewajiban Anda” kata orang seisi

rumah itu.

Di sebuah Rumah Sakit Negeri tampak seorang dokter sedang kebanjiran

pasien yang datang tidak ada hentinya malam itu. Seorang pasien datang

dengan keadaan sangat parah sehingga sang Dokter merasa perlu

melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang tentu harus menekan dada

sang pasien, namun sayang pasien tersebut tidak tertolong dan dia

meninggal dunia. Tahukah Anda apa yang dihadapi sang dokter

selanjutnya? Dia tidak bisa pulang setelah shift usai karena ditunggu

keluarga korban tersebut. Mereka merasa meninggalnya korban adalah

akibat tindakan yang diberikan dokter tersebut.

Di sebuah Rumah Sakit Swasta di Jakarta, seorang dokter harus membayar

sebesar 2 milyar rupiah karena dianggap salah mendiagnosa.

Mungkin ada baiknya masyarakat tahu kalau ada dokter yang terserang

penyakit TBC hanya karena telah menangani pasien TBC, atau dokter yang

terkena malaria cerebral selelah ditugaskan di daerah endemik malaria.

Seorang dokter muda meninggal dunia karena pecah pembuluh darahnya

setelah jaga di Rumah Sakit tanpa tidur yang merupakan hak dasar bahkan

untuk seorang bayi. Tahukah masyarakat bahwa dokter itu juga bisa lelah,

bisa salah, bisa lalai, dan memang manusia seperti hakim yang tidak selalu

benar membuat keputusan, seperti polisi yang bisa salah tangkap, seperti

pengusaha yang bisa salah perhitungan, seperti guru yang tidak selalu

benar, atau bahkan seorang peneliti yang menjadi benar setelah ribuan

kesalahan, toh kebanyakan dari merekapun berurusan dengan manusia ?

Lihat bagaimana pekerjaan ini adalah pekerjaan yang paling beresiko dan

dihantui orang hukum. Pekerjaan ini adalah pekerjaan tanpa asuransi

proteksi untuk semua resikonya namun obyek hukum yang empuk untuk

dicari kesalahan. Tidakkah orang tahu kalau ilmu kedokteran adalah seni

sehingga tidak seperti matematika yang hasilnya pasti. Ilmu kedokteran

bukan ilmu fisika yang rumusnya tetap dan konstan. Ilmu kedokteran

bukan seperti kimia yang hasil akhirnya pasti. Ini adalah seni yang bisa

memandang obyek dari cara-cara yang berbeda, penanganan yang berbeda

dengan tujuan yang sama : memberi yang terbaik untuk mengurangi

kesakitan pasien sesuai dengan keilmuannya.

Jadi, masih ada yang mau menjadi dokter ? Untuk menjadi dokter, rata-rata

mahasiswa menghabiskan waktu 6 tahun lamanya, jika mereka lanjutkan

dengan spesialis yang rata-rata menghabiskan 4-5 tahun, total waktu

pendidikannya adalah 11 tahun, setelah itu dokter harus membuat Surat

Izin Praktek yang sebelumnya harus lulus ujian kompetensi dan seandainya

tidak lulus, mereka harus menunggu 3-6 bulan kemudian untuk ujian

kembali. Setelah lulus, surat izin dikantongi kira-kira 6 bulan kemudian.

Belum cukup menarik nafas, masih ditambah PTT selama 2 tahun. Bisa kita

bayangkan betapa berbelit dan lamanya seorang dokter dari lulus sampai

kemudian bisa praktek dan memperoleh penghasilan. Dari segi pendanaan

pendidikan sekolah kedokteran terkenal dengan pendanaan yang paling

besar, bahkan kini angka 200 juta rupiah untuk uang masuk adalah harga

bandrol yang dianggap normal, belum dengan SPP 3-12 juta rupiah

persemester ditambah 100-250 ribu per Satuan Kredit Semester (SKS) juga

merupakan angka fantastis untuk orang kebanyakan. Kita tidak bisa naif

menuntut dokter untuk bekerja sepenuh hati sedangkan hak mereka tidak

terpenuhi.

Beberapa kasus yang menyeret dokter ke meja hijau dan akhirnya harus

menjadi terpidana karena salah mendiagnosa sudah sering kita dengar,

akan tetapi seberapa sering kita mendengar seorang hakim yang kemudian

diperkarakan karena menjebloskan seseorang ke penjara dan kemudian

hari diketahui bahwa ternyata orang tersebut tidak bersalah. Sekali lagi

hukum dibuat dengan standar ganda dan memojokkan profesi dokter.

Selain sebagai makhluk sosial, dokter juga makhluk individu yang memiliki

kepentingan pribadi, yah.. Dokter juga manusia. Belum lagi posisi dokter

yang selalu dipojokkan oleh masyarakat ketika merasa tidak mendapat

pelayanan yang optimal di rumah sakit, padahal sistemlah yang

menyebabkan keadaan tersebut terjadi.

Tidak semua dokter berasal dari keluarga yang mapan, tidak semua dokter

memiliki klinik dan tidak semua dokter dapat melanjutkan ke sekolah

spesialisasi, tapi semua orang tua dokter mengharapkan anaknya kerja

dengan tenang dan gaji yang layak.

Mulai sekarang tampaknya pemerintah benar-benar harus bijak menyikapi

riak yang terjadi di masyarakat, riak yang sebenarnya disadari betul oleh

pemerintah tapi begitu lambat direspon. Jangankan dengan tulisan bahkan

sebuah demo besar sekalipun. Kita semua sadar bahwa setiap dari kita

memegang peranan vital masing-masing dalam memberi kontribusi bagi

bangsa dan negara. Mungkin setelah ini kita tidak patut lagi bertanya

kenapa harga konsultasi seorang dokter begitu mahal, kenapa harga obat

meningkat, kenapa pelayanan dokter tidak begitu optimal dan mengapa

sering terjadi malpraktik. Karena dokter selalu dituntut untuk manusiawi

ketika kita berbicara tentang kewajibannya, tapi tidak dianggap manusia

ketika menuntut haknya.

Sebagai penutup, poin-poin di bawah ini, mungkin bisa menjadi

renungan..

Profesi kesehatan,adalah profesi yang sangat mulia. Profesi yang menurut

banyak orang,diminati hanya oleh orang-orang kaya,yang sudah tidak

berminat akan gaji dan harta duniawi,dan bertekad menghabiskan sisa

hidupnya untuk kemanusiaan. Hanya sedikit manusia yang mampu benar-

benar menjadi tenaga kesehatan,sesuai tuntutan profesi yang dianggap

mulia itu,mungkin hanya satu diantara beberapa juta manusia yang

sanggup.

Hanya sedikit manusia,yang mungkin mau membayar ratusan juta untuk

masuk ke fakultas kedokteran (karena tidak diterima di jalur masuk yang

murah),yang tidak berpikiran untuk mendapat pendapatan yang layak

dengan biaya sekolahnya.

Hanya sedikit manusia,yang setelah masa kuliah yang panjang dan

melelahkan secara fisik dan mental,bisa bersabar untuk tidak segera

bekerja mencari nafkah karena direpotkan segala urusan birokrasi.

Hanya sedikit manusia,yang bisa tidak mengeluh,setelah lulus dari fakultas

favorit dengan ujian masuk tersulit,tapi masih dianggap tidak kompeten

dan masih harus melalui berbagai pembuktian kompetensi yang bukan

hanya menghabiskan waktu yang tidak sebentar,tapi juga biaya yang tidak

sedikit,sementara teman-teman smanya dulu yang memilih jurusan yang

ujian masuknya lebih mudah,sudah bekerja dan bisa dibilang lebih mapan.

Hanya sedikit manusia,yang mampu ditempatkan ke tempat antah

berantah,dengan alasan kewajiban kemanusiaan,dengan gaji yang

digembar-gemborkan besar(meskipun kenyataannya tidak sampai 30%

yang menerima gaji sebesar itu) tapi disuruh berpuasa dulu karena gaji itu

baru akan turun entah setelah bulan kesekian.

Hanya sedikit manusia,yang mampu bersabar menjadi tumbal

pemerintah,yang tidak sadar bahwa pengobatan murah untuk rakyat itu

harusnya dicapai dengan mensubsidi honor tenaga kesehatan,bukannya

menginjak-injaknya jadi serendah mungkin dan kemudian setelah

ditunggak lama masih dibayar sebagiannya saja.

Hanya sedikit orang,yang mampu ikhlas menerima tudingan malpraktik,

meskipun tidak ada yang pernah tahu seberapa berat dia bekerja tanpa

tidur,sebelum akhirnya dia melakukan kesalahan yang mungkin

sebenarnya manusiawi untuk seorang manusia biasa yang bisa lelah,tapi

tidak boleh dilakukan seorang tenaga kesehatan yang haruslah seperti

malaikat yang tanpa cela.

Hanya sedikit manusia, yang mampu menahan lelahnya dan dibangunkan

tengah malam,karena setiap orang sakit,meskipun itu hanya gatal-

gatal,adalah pasien darurat yang harus ditangani saat itu juga.

Hanya sedikit manusia,yang mampu bersabar saat menerima pasien,yang

mungkin sudah membayar berpuluh-puluh atau bahkan ratusan juta ke

pabrik rokok untuk membeli penyakit,tapi tidak mau mengeluarkan sepeser

pun untuk membayar pengobatan,malah menuduh tenaga kesehatan itu

adalah makhluk penghisap darah yang mencari keuntungan dari

penderitaan orang lain,tanpa sadar pihak mana yang sebenarnya

mengambil keuntungan dan membuat dia sakit seperti itu.

Hanya sedikit orang, yang mampu bekerja di klinik swasta, dengan honor

ribuan bahkan ratusan rupiah per pasiennya, tapi dapat dituntut ratusan

juta apabila terjadi alergi obat(yang kalau dilihat komponen katanya adalah

“alergi” yang berasal dari kekebalan tubuh pasien dan “obat” yang

diproduksi oleh pabrik obat,tenaga kesehatan sendiri bisa dibilang hampir

tidak punya peran dalam alergi obat tersebut).

Hanya sedikit orang,yang bisa menerima keadilan media,dalam

memberitakan kasus dugaan malpraktek secara besar-besaran, sementara

saat teman sejawatnya meninggal tenggelam saat bertugas ke

pedalaman,hanya ditulis di kolom kecil yang pasti tidak menarik perhatian.

Sedikit sekali orang yang mampu untuk menjadi tenaga kesehatan ideal di

Indonesia dengan segala kondisi yang sudah saya paparkan tadi, tapi

sayangnya, kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia sangat besar

sehingga banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi tenaga

kesehatan,dan kaget begitu mengetahui konsekuensi seperti yang saya

sebutkan di atas.

Jadi bila anda memutuskan ingin menjadi tenaga kesehatan, pastikan anda

mampu menerima semua konsekuensi itu tanpa mengeluh. Semoga

Indonesia bisa semakin baik di masa depan.

Semoga tulisan ini dapat membuka hati saudara-saudara kita yg kritis

terhadap dokter..

dan semoga pemerintah juga bisa terbuka matanya dan peduli kepada

kami..

Fakta Fantastis tentang Jantung


Jantung merupakan organ yang vital bagi kehidupan manusia. Dimana jantung ini berfungsi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh, berfungsi sbg transport nutrisi dan oksigen ke seluruh sel yang ada di seluruh tubuh.
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, bila ia baik maka akan sehatlah seluruh tubuh; dan jika ia rusak maka sakitlah seluruh tubuh. Ketahuilah, sesungguhnya itu adalah al-qolbu”(H.R. Bukhari Muslim)
Imam Ghozali dalam kitabnya yang berjudul Ma’arij al-Qudsi fi madariji Ma’rifatin Nafsi, menafsirkan bahwa yang dimaksud al-qolbu (dalam kalimat Ala wahiya al-qolb) pada hadis diatas memiliki dua pengertian :
- Lahiriyah (fisik/riil)
- Bathiniyah (abstrak)
Pengertian pertama :
- Al-qolb ditafsirkan sebagai benda yang berwujud nyata, riil, secara fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk dan berukuran segenggaman tangan manusia yang terletak di rongga dada sebelah kiri.
- Al-qolb merupakan sumber tenaga karena dari sini dipompakan darah yang mengandung oksigen yang akan menghidupi organ-organ lain di seluruh tubuh.
- Al-qolb merupakan sumber kehidupan, dimana organ-organ tubuh yang lain akan dapat bekerja dan hidup dengan baik manakala al-qolb ini bekerja dengan baik.
- Dari pengertian ini, yang dimaksud al-qolb adalah jantung manusia.
Kenapa Imam Ghozali sampai pada kesimpulan bahwa al-qolb itu berarti jantung, bukan hati secara fisik yang lebih kita kenal sebagai liver ???
1. Rasulullah menyabdakan bahwa segumpal daging yang dimaksud dalam hadis dengan menggunakan kata al-qolb, yang memang lazim diartikan sebagai jantung.
Dalam bahasa arab, untuk menunjukkan organ hati atau liver digunakan kata al-kabidu. Dalam hadis ini Rosulullah tidak menggunakan kata al-kabidu yang berarti hati (liver), tetapi menggunakan kata al-qolb.
2. Ketika Rosulullah menyabdakan mudhghah seraya mengepalkan atau menggenggamkan tangannya, yang artinya mudhghah dimaksud berbentuk dan berukuran segenggaman tangan manusia. Ini sesuai dengan bentuk dan ukuran dari jantung manusia.
q Pengertian dan penafsiran al-qolb sebagai jantung, sangatlah relevan dengan kondisi dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran saat ini.
q Jantung merupakan organ tubuh yang sangat vital, organ tubuh yang mempengaruhi seluruh organ-organ tubuh lainnya supaya bisa bekerja dengan baik.
q Jika jantung ini sehat maka akan sehatlah seluruh organ-organ yang lain. Demikian sebaliknya, jika jantung ini sakit, maka akan sakitlah seluruh organ tubuh yang lain.
Inilah salah satu makna dari hadis rasulullah Inna fil jasadi mudhghah......
Selain itu, jantung juga merupakan organ yang fantastic. Dalam waktu semenit, jantung dapat memompakan darah sekitar 5,6 liter darah pada pria dan sekitar 4,9 liter darah pada wanita. Dalam sehari, terdapat 1440 menit (60 menit x 24 jam), maka dalam sehari jantung dapat memompakan darah kira2 sebanyak 8.064 liter darah pada pria dan 7.056 liter darah pada wanita. Jumlah ini hampir setara dengan 1 tangki penuh yang ada pada truck tangki yang seringkali kita lihat dijalan2. Lalu berapa banyak darah yang dapat dipompa dalam setahun ???
Bayangkan kembali, jika dalam semenit jantung berdetak sebanyak 60 - 100x/menit, maka dalam sehari jantung akan berdetak sebanyak 1440 – 2400 kali dalam sehari. Lalu berapa kali berdetakkah jantung kita selama setahun ? Jawabannya kira2 berkisar antara 525.600 – 876.000 kali berdetak selama setahun. Lalu apabila kita diberi umur 63 tahun, maka berapa kali kah jantung ini berdetak ???
Subhanallah, Allahu Akbar. . .
Maha Besar Allah yang telah menciptakan jantung dengan sedemikian detail, rumit dan fantastic.